Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular - Surveilans epidemiologi penyakit menular adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang berkaitan dengan penyakit menular dalam populasi. Tujuan dari surveilans epidemiologi ini adalah untuk memantau dan mengendalikan penyebaran penyakit menular, serta memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.

Halo sobat akukesmas !!!


Bagaimana Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular


A. Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi adalah salah satu alat penting dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan penghapusan penyakit menular. Melalui pengumpulan, analisis, dan interpretasi data, surveilans epidemiologi membantu mengidentifikasi tren, pola, dan faktor risiko yang terkait dengan penyakit menular. Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan pentingnya surveilans epidemiologi serta peran dan proses pelaksanaannya.

B. Pentingnya Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa surveilans epidemiologi sangat penting:

  • Pemantauan Penyebaran Penyakit: Surveilans epidemiologi memungkinkan identifikasi kasus penyakit menular yang baru muncul atau yang sedang menyebar di suatu daerah. Dengan memahami pola dan tren penyebaran penyakit, pihak berwenang dapat mengambil langkah-langkah pengendalian yang tepat.
  • Deteksi Dini Wabah: Surveilans epidemiologi membantu dalam mendeteksi dini wabah penyakit. Dengan memonitor kasus-kasus yang mencurigakan, tim kesehatan dapat mengambil tindakan segera untuk menghentikan penyebaran penyakit sebelum wabah menjadi lebih luas.
  • Penyusunan Kebijakan Kesehatan: Data surveilans epidemiologi menjadi dasar penting dalam penyusunan kebijakan kesehatan. Informasi tentang penyakit menular yang terkumpul melalui surveilans membantu pihak berwenang dalam merancang intervensi yang efektif dan mengalokasikan sumber daya dengan bijak.
  • Evaluasi Efektivitas Intervensi: Surveilans epidemiologi memungkinkan evaluasi terhadap efektivitas intervensi kesehatan yang dilakukan. Dengan memantau tren dan perubahan dalam angka kejadian penyakit, dapat diketahui apakah tindakan pengendalian yang dilakukan berhasil atau perlu diperbaiki.

C. Proses Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi

Pelaksanaan surveilans epidemiologi melibatkan beberapa langkah penting, antara lain:

  1. Pengumpulan Data: Data yang relevan tentang penyakit menular dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti fasilitas kesehatan, laboratorium, penyedia layanan kesehatan, dan laporan kasus yang dilaporkan secara sukarela.
  2. Analisis Data: Data yang terkumpul dianalisis untuk mengidentifikasi pola dan tren dalam kejadian penyakit. Analisis ini melibatkan penggunaan metode statistik dan teknik epidemiologi untuk memahami faktor risiko, penyebaran geografis, dan karakteristik populasi terkait penyakit.
  3. Interpretasi dan Pelaporan: Hasil analisis data dievaluasi dan diinterpretasikan untuk memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan. Laporan yang jelas dan terperinci disusun untuk disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat umum.
  4. Tanggapan dan Tindakan Pengendalian: Hasil surveilans epidemiologi digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan pengendalian penyakit. Ini dapat mencakup imunisasi massal, kampanye penyuluhan, karantina, pengawasan kebersihan, atau intervensi lainnya yang sesuai dengan karakteristik penyakit dan populasi terkait.
  5. Monitoring dan Evaluasi: Surveilans epidemiologi adalah proses berkelanjutan. Setelah tindakan pengendalian dilakukan, data terus dipantau untuk memantau efektivitasnya. Jika ada perubahan dalam pola penyakit atau munculnya tren baru, langkah-langkah perbaikan atau tindakan tambahan dapat diambil.

D. Surveilans Penyakit Menular

Surveilans penyakit menular merupakan kegiatan analisis yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular (Kemenkes RI, 2003).

Surveilans epidemiologi penyakit menular melibatkan beberapa langkah penting, antara lain:
  1. Pengumpulan Data: Data penyakit menular dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti laporan kasus dari rumah sakit, klinik, laboratorium, dan dokter praktik. Data ini mencakup informasi tentang identitas pasien, geografi, jenis penyakit, tanda dan gejala, dan faktor risiko yang terkait.
  2. Analisis Data: Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mengidentifikasi pola dan tren penyakit. Analisis ini dapat melibatkan perhitungan angka kejadian, perbandingan dengan periode sebelumnya, atau perbandingan dengan populasi yang serupa. Analisis ini membantu dalam mendeteksi wabah, mengidentifikasi kelompok yang rentan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi yang ada.
  3. Interpretasi Data: Data yang dianalisis dievaluasi dan diinterpretasikan untuk menghasilkan pemahaman tentang penyebaran dan karakteristik penyakit. Ini dapat melibatkan penentuan sumber infeksi, rute penularan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit.
  4. Pelaporan: Hasil surveilans epidemiologi dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan, seperti lembaga kesehatan masyarakat, otoritas kesehatan, dan masyarakat umum. Pelaporan yang tepat waktu dan akurat penting untuk memungkinkan tindakan yang cepat dan efektif dalam mengendalikan penyakit.
  5. Respons dan Tindakan: Informasi yang dihasilkan dari surveilans epidemiologi digunakan untuk mengembangkan dan melaksanakan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit. Ini dapat mencakup pengembangan pedoman penanganan kasus, kampanye vaksinasi, tindakan karantina, atau intervensi lainnya sesuai dengan penyakit dan kebutuhan spesifik.

E. Pedoman Surveilans Penyakit Menular di Indonesia

Di Indonesia, pedoman penyelenggaraan sistem surveilans penyakit menular dirumuskan dan diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Salah satu pedoman utama yang digunakan adalah KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TERPADU.

Jenis Surveilans Penyakit Menular

Surveilans penyakit menular sebagaimana dimaksud dalam Permenkes No.45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan paling sedikit meliputi:

1. surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

Surveilans PD3I merupakan bagian dari Surveilans Kesehatan Masyarakat lebih luas yang dalam jangka panjang menyediakan data penting untuk: 1) Melakukan deteksi dini dan respons cepat dan tepat waktu terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I), 2) Memandu penggunaan vaksin dalam mengidentifikasi populasi yang belum terjangkau dan atau cakupan imunisasi rendah untuk perbaikan program. 3) Melakukan tindakan pengendalian penyakit secara optimal, dalam memantau kemajuan tujuan pemberantasan penyakit seperti Eradikasi Polio, Eliminasi Campak- Rubella, serta Eliminasi Tetanus Neonatorum dan Pengendalian Difteri dan Pertusis. (Modul Kebijakan Surveilans PD3I, 2021)

2. surveilans penyakit demam berdarah

Sistem surveilans DBD merupakan suatu kegiatan pengamatan penyakit DBD di puskesmas, yang meliputi kegiatan pencatatan, pengolahan, dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan bulanan program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2DBD), dan penentuan daerah rawan untuk mengetahui distribusi kasus DBD/kasus tersangka DBD per RW/dusun, menentukan musim penularan, dan mengetahui kecenderungan penyakit. (Harapan et al., 2019)

3. surveilans malaria

Surveilans malaria adalah kegiatan pengamatan pada manusia dan faktor risiko yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit malaria dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit malaria untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

4. surveilans penyakit zoonosis

Surveilans yang terstruktur pada hewan domestik, satwa liar, dan manusia, pembentukan tim respon kesehatan dan kesehatan hewan, pembangunan infrastruktur, pembangunan tenaga kerja, dan peningkatan koordinasi dan penguatan fokus bagi kelembagaan yang terkait dengan penanganan masalah zoonosis.

5. surveilans penyakit filariasis

Penemuan penderita filariasis dilaksanakan dengan melakukan Survei Penderita Filariasis Kronis atau dengan kegiatan rutin lainnya. Penemuan penderita dilakukan secara aktif dan pasif. Penemuan penderita secara aktif dilaksanakan melalui Survei Darah Jari dan Survei Kasus Klinis. Penemuan penderita secara pasif diperoleh melalui penderita yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dan laporan masyarakat.

6. surveilans penyakit tuberkulosis

Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TB atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhinya untuk mengarahkan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien. (Permenkes No.67, 2016)

7. surveilans penyakit diare

Diare termasuk dalam surveilans karena diare tergolong dalam penyakit yang berpotensi menyebabkan terjadinya wabah.

8. surveilans penyakit tifoid

surveilans demam tifoid dilakukan berdasarkan gejala klinis di Puskesmas, dan gejala klinis dan laboratoris (Widal atau kultur) di rumah sakit (Kepmenkes RI, 2003).

9. surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut lainnya

Surveilans Cacingan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian Cacingan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan Cacingan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien (Permenkes No.15, 2017)

10. surveilans penyakit kusta

Surveilans Kusta adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang Penderita Kusta dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya penularan Kusta untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien (Permenkes No.11, 2019)

11. surveilans penyakit frambusia

Surveilans Frambusia adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus-menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian Frambusia dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan Frambusia untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.(Permenkes No.8, 2017)

12. surveilans penyakit HIV/AIDS

Surveilans HIV atau sero-surveilans HIV adalah kegiatan pengumpulan data tentang infeksi HIV yang dilakukan secara berkala guna memperoleh informasi tentang besaran masalah, sebaran dan kecenderungan penularan HIV dan AIDS untuk perumusan kebijakan dan kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS, dimana tes HIV dilakukan secara unlinked anonymous.

13. surveilans hepatitis

Surveilans Hepatitis Virus adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian Hepatitis virus serta kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan Hepatitis Virus untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. (Permenkes No.53, 2015)

14. surveilans penyakit menular seksual

Surveilans Penyakit Menular Seksual adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan secara terus-menerus dan sistemastis tentang kejadian Penyakit Menular Seksual yang terjadi pada masyarakat dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan. Hasil dari surveilans yang dilakukan akan menjadi rancangan program upaya yang akan dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan kejadian Penyakit Menular Seksual.

15. surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran pernafasan akut berat (severe acute respiratory infection)

Surveilans pneumonia adalah proses pemantauan secara berkala terhadap penyakit pneumonia dan peningkatan risiko pneumonia. Surveilans Epidemiologi penyakit ISPA adalah suatu proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit ISPA serta kondisi yang memperbesar resiko penularan dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan.


Ada beberapa jenis surveilans epidemiologi penyakit menular yang dilakukan, antara lain:
  • Surveilans aktif: Melibatkan pencarian secara proaktif kasus penyakit dengan menghubungi fasilitas kesehatan, laboratorium, atau penyedia layanan kesehatan untuk melaporkan kasus penyakit menular. Metode ini sering digunakan untuk penyakit yang memiliki potensi penyebaran yang cepat dan membahayakan masyarakat.
  • Surveilans pasif: Melibatkan pengumpulan data dari sumber yang sudah ada, seperti laporan kasus dari fasilitas kesehatan atau laboratorium. Metode ini lebih pasif karena bergantung pada pelaporan sukarela dari penyedia layanan kesehatan atau pihak terkait lainnya.

F. Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan merupakan prasyarat program kesehatan dan bertujuan untuk (Permenkes No.45, 2014):
  1. Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya serta masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan pengambilan keputusan;
  2. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/Wabah dan dampaknya;
  3. Terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/Wabah; dan d. dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang berkepentingan sesuai dengan pertimbangan kesehatan.

Posting Komentar untuk "Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular"