Apa Pentingnya Remaja Mengetahui Kesehatan Reproduksi ?

Kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja karena merupakan fase perkembangan yang kritis dalam hidup mereka. Berikut adalah pentingnya kespro

Pentingnya Remaja Mengetahui Kesehatan Reproduksi - Remaja adalah masa peralihan penting dalam hidup setiap individu. Saat mereka tumbuh dan berkembang, penting bagi mereka untuk memahami dan mengutamakan kesehatan reproduksi. Artikel ini akan membahas mengapa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja dan bagaimana mereka dapat merawatnya dengan baik agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan serta berpotensi merusak masa depan mereka.

alasan mengapa kesehatan reproduksi penting
kesehatan reproduksi merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh remaja

Mengapa Kesehatan Reproduksi Penting bagi Remaja?

Kesehatan reproduksi bukanlah topik yang hanya relevan bagi orang dewasa. Bagi remaja, memahami aspek-aspek penting dari kesehatan reproduksi memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas hidup mereka. Kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja karena merupakan fase perkembangan yang kritis dalam hidup mereka. 

Berikut adalah beberapa alasan mengapa kesehatan reproduksi penting bagi remaja:

  • Pendidikan tentang Tubuh dan Perubahan Fisik: Pengetahuan tentang perubahan yang terjadi pada tubuh saat masa pubertas sangatlah penting. Ini membantu remaja memahami bahwa perubahan-perubahan ini adalah bagian normal dari pertumbuhan dan perkembangan mereka.
  • Pencegahan Masalah Kesehatan: Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi membantu remaja untuk mencegah masalah kesehatan yang mungkin timbul di masa depan, seperti infeksi menular seksual (IMS), kehamilan remaja yang tidak direncanakan, dan masalah reproduksi lainnya.
  • Kesehatan Mental dan Emosional: Pendidikan tentang kesehatan reproduksi membantu remaja memahami perasaan dan emosi yang mungkin muncul seiring dengan perubahan fisik dan hormon. Ini juga membantu mereka mengembangkan hubungan yang sehat dengan tubuh mereka sendiri.
  • Pengambilan Keputusan yang Bijak: Remaja yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi lebih cenderung membuat keputusan yang bijak terkait hubungan dan seksualitas. Mereka dapat menghindari tekanan dari teman sebaya dan membuat pilihan yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidup mereka.
  • Pencegahan Kehamilan Tidak Direncanakan: Pengetahuan tentang kontrasepsi dan praktik seks yang aman membantu remaja menghindari kehamilan yang tidak direncanakan. Ini memungkinkan mereka untuk melanjutkan pendidikan dan merencanakan masa depan mereka dengan lebih baik.
  • Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS): Remaja yang memahami risiko dan cara pencegahan IMS memiliki peluang lebih besar untuk melindungi diri mereka dari penyakit-penyakit ini.
  • Membangun Hubungan yang Sehat: Pendidikan tentang kesehatan reproduksi membantu remaja memahami pentingnya komunikasi terbuka dalam hubungan, termasuk berbicara tentang kebutuhan dan batasan masing-masing.
  • Pemahaman tentang Keadilan Gender: Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dapat membantu remaja memahami pentingnya kesetaraan gender, persetujuan dalam hubungan, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.
  • Kesehatan Generasi Mendatang: Jika remaja memiliki pemahaman yang baik tentang kesehatan reproduksi, mereka akan lebih siap mendidik anak-anak mereka kelak tentang hal yang sama. Ini akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih sadar kesehatan reproduksi.
  • Pencegahan Kekerasan Seksual: Pendidikan tentang kesehatan reproduksi juga mencakup pemahaman tentang batasan dan persetujuan dalam hubungan seksual, yang dapat membantu remaja melindungi diri dari kekerasan seksual.

Dengan demikian, investasi dalam pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja memiliki dampak yang luas, membantu mereka menjalani kehidupan yang sehat, bijaksana, dan penuh penghargaan terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.

Baca Juga : Peminatan Kesehatan Reproduksi dan Prospek Kerjanya

Mitos Umum seputar Kesehatan Reproduksi Remaja

Terdapat beberapa mitos umum seputar kesehatan reproduksi remaja yang perlu dipecahkan. Berikut adalah beberapa mitos tersebut:

  • Mitos: Berhubungan seksual saat menstruasi mencegah kehamilan.
    Fakta: Meskipun peluang kehamilan lebih rendah selama menstruasi, bukan berarti risiko nol. Sperma dapat bertahan dalam tubuh selama beberapa hari, dan siklus menstruasi bisa bervariasi. Sebaiknya selalu gunakan metode kontrasepsi yang sesuai jika ingin mencegah kehamilan.
  • Mitos: Toilet duduk umum dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada perempuan.
    Fakta: Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, bukan dari toilet duduk umum. Tetap menjaga kebersihan pribadi dan minum cukup air adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi saluran kemih.
  • Mitos: Penggunaan tampon dapat menyebabkan kehilangan keperawanan.
    Fakta: Penggunaan tampon tidak memiliki hubungan dengan keperawanan. Keperawanan berkaitan dengan keadaan selaput dara (himen), yang bisa sobek karena berbagai aktivitas, termasuk olahraga atau pemeriksaan medis.
  • Mitos: Mandi setelah berhubungan seks mencegah kehamilan.
    Fakta: Mandi atau membersihkan diri setelah berhubungan seks tidak mencegah kehamilan. Jika ingin menghindari kehamilan, penting untuk menggunakan metode kontrasepsi yang efektif.
  • Mitos: Penggunaan kontrasepsi merusak kesuburan.
    Fakta: Banyak metode kontrasepsi yang reversibel dan tidak merusak kesuburan. Setelah menghentikan penggunaan kontrasepsi, tubuh biasanya kembali ke kondisi normal dalam waktu yang relatif singkat.
  • Mitos: Remaja tidak perlu pemeriksaan kesehatan reproduksi kecuali memiliki masalah.
    Fakta: Pemeriksaan kesehatan reproduksi penting untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati masalah sejak dini. Pemeriksaan rutin membantu menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah komplikasi.
  • Mitos: Semua metode kontrasepsi hanya cocok untuk perempuan.
    Fakta: Ada metode kontrasepsi yang cocok untuk semua jenis kelamin. Pria juga bisa berperan dalam penggunaan kontrasepsi, seperti kondom atau vasectomy.
  • Mitos: Kontrasepsi hormonal menyebabkan kenaikan berat badan secara signifikan.
    Fakta: Kenaikan berat badan akibat kontrasepsi hormonal umumnya sangat kecil atau tidak ada sama sekali. Reaksi tubuh terhadap kontrasepsi dapat bervariasi, tetapi banyak orang tidak mengalami perubahan berat badan yang signifikan.
  • Mitos: Pemakaian kontrasepsi hormonal pada remaja dapat merusak perkembangan tubuh.
    Fakta: Kontrasepsi hormonal yang direkomendasikan oleh tenaga medis umumnya aman digunakan oleh remaja setelah melalui konsultasi dengan profesional kesehatan.
  • Mitos: Menggunakan dua kondom sekaligus lebih efektif dalam mencegah kehamilan.
    Fakta: Menggunakan dua kondom justru dapat meningkatkan risiko sobek atau gesekan yang bisa merusak kondom. Penggunaan satu kondom dengan benar lebih efektif dalam mencegah kehamilan dan infeksi.

Mengetahui fakta yang benar tentang kesehatan reproduksi penting untuk menghindari penyebaran informasi yang salah dan menjaga kesehatan secara keseluruhan. Jika ada pertanyaan atau ketidakpastian, selalu bijaksana untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan yang terlatih.

Baca Juga : Masalah dan Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi

Cara Menjaga Kesehatan Alat Reproduksi Remaja

Menjaga kesehatan alat reproduksi remaja adalah langkah penting untuk memastikan perkembangan yang sehat dan mencegah masalah kesehatan di masa depan. Merawat kesehatan reproduksi melibatkan sejumlah langkah penting yang perlu diikuti oleh remaja.

Cara menjaga kesehatan alat reproduksi remaja, diantaranya:

  • Gunakanlah handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak berbau atau lembab.
  • Menggunakan celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat.
  • Gantilah Celana Dalam (CD) minimal 2 kali sehari.
  • Pastikan organ reproduksi selalu dalam keadaan kering dan tidak lembap.
  • Bagi remaja perempuan, hindari menggunakan sabun wangi, sabun sirih, deodoran, bedak, dan vaginal douche karena dapat menyebabkan kulit kelamin rentan iritasi.
  • Bagi wanita, sesudah buang air kecil, membersihkan alat kelamin sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju belakang agar kuman yang terdapat pada anus tidak masuk ke dalam organ reproduksi.
  • Bagi remaja perempuan yang mulai memasuki masa menstruasi sebaiknya memperhatikan kebersihan alat reproduksi saat menstruasi.
  • Bagi remaja laki-laki, dianjurkan untuk dikhitan atau disunat agar mencegah terjadinya infeksi bakteri di penis.
pentingnya menjaga organ reproduksi
Cara menjaga kesehatan organ reproduksi remaja (Kemenkes RI)

Cara menjaga kebersihan saat menstruasi dapat dilakukan dengan:

  • Pilihlah pembalut yang bebas dari berbagai jenis bahan berbahaya dan nyaman saat dipakai.
  • Ganti pembalut secara berkala, antara 3 hingga 5 kali dalam sehari
  • Bersihkan vagina terlebih dahulu sebelum mengganti pembalut. (Membersihkan vagina sebainya dilakukan dengan air mengalir dan sebaiknya hindari penggunaan sabun).
  • Cuci tangan sampai bersih setelah membuang pembalut serta sebelum mengganti pembalut.
  • Rutin mengganti celana dalam (CD) untuk menghindari resiko tidak nyaman di sekitar vagina.
  • Bagi wanita yang sering mengalami nyeri saat menstruasi, mengompres perut bagian bawah dengan air hangat, melakukan olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup mampu membantu mengurangi rasa nyeri. Akan tetapi, bila nyeri terjadi hingga berhari-hari dan menggangu aktivitas, sebaiknya hubungi dokter untuk mengonsultasikannya.

Fakta dan Statistik Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, angka kehamilan pada remaja masih cukup tinggi. Pendidikan yang kurang tentang kesehatan reproduksi menjadi salah satu faktor penyebabnya. Dalam survei yang dilakukan pada tahun lalu, hanya 40% remaja yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi.

  1. Angka Kehamilan Remaja:
    Menurut data Kementerian Kesehatan RI, angka kehamilan remaja di Indonesia cukup tinggi. Pada tahun 2020, lebih dari 15% kelahiran adalah hasil dari kehamilan pada usia di bawah 20 tahun.
  2. Infeksi Menular Seksual (IMS):
    Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa kasus IMS di kalangan remaja cenderung meningkat. Pada tahun 2020, lebih dari 20% dari total kasus IMS melibatkan remaja.
  3. Akses terhadap Kontrasepsi:
    Meskipun ada peningkatan dalam akses terhadap kontrasepsi di Indonesia, masih ada tantangan dalam mendapatkan informasi dan layanan kontrasepsi. BKKBN mencatat bahwa pada tahun 2020, hanya sekitar 37% remaja perempuan berusia 15-19 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi.
  4. Pendidikan Kesehatan Reproduksi:
    Pendidikan kesehatan reproduksi masih kurang tersebar dengan baik. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, hanya sekitar 55% remaja perempuan berusia 15-19 tahun yang pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
  5. Pernikahan Usia Muda:
    Menikah di usia muda masih menjadi masalah di Indonesia. Menurut SDKI 2017, sekitar 9% perempuan berusia 20-24 tahun sudah menikah sebelum usia 18 tahun.
  6. Peran Teknologi dalam Kesehatan Reproduksi:
    Teknologi dan internet memainkan peran penting dalam menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi. Menurut Penelitian Kesehatan dan Reproduksi Remaja di Asia Tenggara (SEA-ORCHID), hampir 80% remaja di Indonesia mendapatkan informasi kesehatan reproduksi melalui internet.
  7. Kesehatan Reproduksi Pria:
    Kesehatan reproduksi pria juga penting dalam keseluruhan kesehatan reproduksi. Namun, kesadaran tentang pentingnya kesehatan reproduksi pria masih perlu ditingkatkan. BKKBN mencatat bahwa hanya sekitar 15% pria yang berusia 20-24 tahun yang menggunakan kontrasepsi pria.
  8. Pernikahan dan Kesehatan Reproduksi:
    Pernikahan usia dini dapat berdampak pada kesehatan reproduksi. Menurut World Vision Indonesia, perempuan yang menikah pada usia muda memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi kehamilan dan kesehatan reproduksi yang buruk.
  9. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi:
    Pemeriksaan kesehatan reproduksi secara rutin sangat penting. BKKBN mencatat bahwa hanya sekitar 17% remaja perempuan berusia 15-19 tahun yang pernah melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi.
  10. Dampak Pandemi COVID-19:
    Pandemi COVID-19 juga telah berdampak pada kesehatan reproduksi remaja. Akses terhadap layanan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual dapat terbatas, yang dapat berdampak pada peningkatan risiko kehamilan remaja dan infeksi menular seksual.

Mengatasi tantangan kesehatan reproduksi remaja memerlukan upaya lintas sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan reproduksi yang akurat dan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang baik sangat penting untuk mewujudkan masa depan yang lebih sehat bagi generasi muda.

Mengajak Remaja untuk Mengutamakan Kesehatan Reproduksi

Penting bagi semua pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat, untuk mengajak remaja untuk mengutamakan kesehatan reproduksi. Dukungan dan edukasi yang tepat dapat membantu remaja membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan reproduksi.

Tindakan Preventif dan Edukasi Kesehatan Reproduksi di Sekolah

Sekolah memiliki peran penting dalam edukasi kesehatan reproduksi. Mereka seharusnya menyediakan pelajaran yang akurat dan terperinci tentang anatomi reproduksi, menstruasi, kontrasepsi, dan perlindungan dari infeksi menular seksual.

Tindakan preventif dan edukasi kesehatan reproduksi di sekolah sangat penting untuk memberikan informasi yang akurat dan mendukung kepada remaja dalam mengelola kesehatan reproduksi mereka. Berikut adalah beberapa tindakan preventif dan pendekatan edukasi kesehatan reproduksi yang dapat diterapkan di sekolah:

  1. Pendidikan Seksual Komprehensif:
    Sekolah sebaiknya menyelenggarakan program pendidikan seksual komprehensif yang meliputi informasi tentang anatomi tubuh, perubahan fisik saat pubertas, hubungan interpersonal yang sehat, kontrasepsi, IMS, dan perlindungan diri.
  2. Kelas Pendidikan Kesehatan Reproduksi:
    Rutinkan kelas khusus tentang kesehatan reproduksi sebagai bagian dari kurikulum. Dalam kelas ini, diskusikan topik-topik seperti kontrasepsi, perlindungan diri, perawatan alat reproduksi, dan pentingnya hubungan yang sehat.
  3. Konselor Sekolah:
    Sedekati remaja dengan konselor sekolah yang terlatih dalam pendidikan kesehatan reproduksi. Konselor dapat memberikan dukungan emosional, informasi, dan panduan mengenai masalah kesehatan reproduksi.
  4. Kampanye Kesehatan Reproduksi:
    Sekolah dapat mengadakan kampanye kesadaran kesehatan reproduksi. Kampanye ini bisa berupa seminar, lokakarya, atau acara interaktif lainnya yang melibatkan siswa, orang tua, dan tenaga pengajar.
  5. Pusat Sumber Informasi:
    Sediakan pusat sumber informasi di perpustakaan sekolah yang berisi buku, brosur, video, dan bahan lainnya tentang kesehatan reproduksi. Ini memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar sendiri.
  6. Pelatihan Guru:
    Berikan pelatihan kepada guru tentang pendekatan yang sensitif dan efektif dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi. Guru yang terlatih akan lebih baik dalam menjawab pertanyaan siswa dan memberikan dukungan.
  7. Diskusi Kelas:
    Fasilitasi diskusi terbuka di kelas mengenai kesehatan reproduksi. Berikan ruang bagi siswa untuk bertanya, berbagi, dan mendiskusikan perasaan serta pertanyaan mereka.
  8. Penggunaan Materi Pendidikan Interaktif:
    Gunakan materi pembelajaran yang interaktif, seperti video, presentasi, atau permainan edukatif. Ini dapat membantu siswa memahami informasi dengan lebih baik.
  9. Kerja Sama dengan Ahli Kesehatan:
    Undang ahli kesehatan, dokter, atau profesional lainnya untuk memberikan presentasi dan diskusi tentang kesehatan reproduksi. Mereka bisa memberikan informasi lebih mendalam dan jawaban atas pertanyaan siswa.
  10. Pentingnya Persetujuan dan Batasan:
    Edukasi tentang pentingnya persetujuan dalam hubungan dan memahami batasan adalah hal yang penting. Diskusikan mengenai tekanan dalam hubungan dan bagaimana mengelolanya dengan bijaksana.
  11. Pelibatan Orang Tua:
    Libatkan orang tua dalam program edukasi kesehatan reproduksi. Mereka dapat mendukung siswa dengan memberikan informasi yang akurat di rumah.

Tindakan preventif dan edukasi kesehatan reproduksi di sekolah dapat membantu remaja mengembangkan pemahaman yang sehat tentang tubuh mereka, mengambil keputusan yang bijak, dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Mengatasi Stigma dan Hambatan dalam Pembicaraan Kesehatan Reproduksi

Sayangnya, masih ada stigma dan hambatan dalam membicarakan kesehatan reproduksi, terutama di kalangan remaja. Masyarakat perlu menciptakan lingkungan yang mendukung pembicaraan terbuka dan edukasi yang positif tentang kesehatan reproduksi. 

Mengatasi stigma dan hambatan dalam pembicaraan kesehatan reproduksi adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan kesehatan reproduksi yang terbuka dan inklusif. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi stigma dan hambatan tersebut:

  1. Pendidikan dan Kesadaran:
    Edukasi adalah kunci untuk mengatasi stigma. Lakukan kampanye pendidikan dan kesadaran untuk menjelaskan fakta tentang kesehatan reproduksi, menghilangkan informasi yang salah, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berbicara terbuka.
  2. Pembicaraan Terbuka di Keluarga:
    Mendorong komunikasi terbuka tentang kesehatan reproduksi di lingkungan keluarga dapat mengurangi stigma. Orang tua dan anggota keluarga perlu memberikan dukungan dan informasi yang akurat kepada remaja.
  3. Pelatihan Tenaga Medis dan Pendidik:
    Tenaga medis dan pendidik harus dilatih untuk mengatasi stigma dan memberikan informasi kesehatan reproduksi dengan sensitivitas. Mereka dapat berperan penting dalam mengedukasi dan memberikan dukungan kepada remaja.
  4. Menggabungkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dalam Kurikulum:
    Menyertakan pendidikan kesehatan reproduksi dalam kurikulum sekolah membantu mengurangi stigma. Ini membiasakan siswa untuk berbicara tentang topik ini secara terbuka dan mendapatkan informasi yang benar.
  5. Menciptakan Lingkungan Aman:
    Ciptakan lingkungan yang aman di mana remaja merasa nyaman berbicara tentang kesehatan reproduksi tanpa takut akan penilaian atau diskriminasi.
  6. Menggali Pengalaman Pribadi Positif:
    Bagikan pengalaman positif tentang edukasi kesehatan reproduksi atau pencegahan kehamilan pada usia muda. Cerita nyata bisa membantu meruntuhkan stigma dan memberikan inspirasi.
  7. Menyediakan Akses ke Informasi:
    Pastikan akses mudah ke informasi kesehatan reproduksi yang akurat melalui brosur, poster, buku, dan sumber daya lainnya. Ini membantu remaja mendapatkan informasi tanpa merasa malu.
  8. Mendorong Empati dan Pengertian:
    Ajarkan nilai-nilai empati dan pengertian terhadap pengalaman dan perasaan orang lain. Ini membantu mengurangi penilaian negatif terhadap remaja yang ingin mengajukan pertanyaan tentang kesehatan reproduksi.
  9. Promosi Peran Positif:
    Promosikan peran positif yang dimainkan oleh remaja dalam kesehatan reproduksi. Mengajarkan mereka tentang pentingnya mengambil keputusan bijak dan merawat kesehatan diri sendiri.
  10. Melibatkan Masyarakat dan Budaya:
    Melibatkan pemimpin masyarakat, agama, dan tokoh budaya dapat membantu mengubah pandangan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi. Keterlibatan mereka dapat memperkuat pesan edukasi.
Mengatasi stigma dan hambatan dalam pembicaraan kesehatan reproduksi memerlukan upaya lintas sektor dan kolaborasi yang kuat. Melalui pendidikan, edukasi, dan pemahaman, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan reproduksi yang baik bagi generasi muda.


Penutup

Mengingat pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja, langkah pertama yang diambil haruslah meningkatkan pemahaman tentang topik ini. Dengan edukasi yang benar dan dukungan yang memadai, remaja dapat mengambil keputusan yang cerdas terkait kesehatan reproduksi mereka.

Kesadaran dan pendidikan tentang kesehatan reproduksi di sekolah memiliki peran penting dalam membantu remaja memahami tubuh mereka, mengambil keputusan yang bijak, dan menjaga kesehatan secara keseluruhan. Mengatasi stigma dan hambatan dalam pembicaraan kesehatan reproduksi juga memerlukan upaya lintas sektor dan kolaborasi yang kuat. Dengan mengakhiri artikel ini, penting bagi remaja untuk mengambil keputusan yang lebih baik terkait kesehatan reproduksi mereka melalui pendidikan yang akurat dan dukungan yang memadai.

Referensi :

  1. Kementerian Kesehatan RI. (2020). Laporan Situasi Kesehatan Reproduksi. https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
  2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2020). Laporan Statistik Keluarga Berencana. https://www.bkkbn.go.id/
  3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2020). Laporan Statistik Keluarga Berencana. https://www.bkkbn.go.id/
  4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR342/FR342.pdf
  5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR342/FR342.pdf
  6. Penelitian Kesehatan dan Reproduksi Remaja di Asia Tenggara (SEA-ORCHID). (2016). Access to Information and Services on Sexual and Reproductive Health among Adolescents in Asia. https://www.seaorchid.org/
  7. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2020). Laporan Statistik Keluarga Berencana. https://www.bkkbn.go.id/
  8. World Vision Indonesia. (2019). Mengakhiri Pernikahan Anak dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi. https://www.worldvision.co.id/
  9. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR342/FR342.pdf
  10. UNFPA Indonesia. (2021). COVID-19 and Its Impact on Adolescents' Sexual and Reproductive Health in Indonesia. https://indonesia.unfpa.org/

LihatTutupKomentar