Epidemiologi Penyakit Menular - Dasar Epidemiologi

Menurut Natoadmodjo, penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung..

Epidemiologi Penyakit Menular - Epidemiologi PM adalah cabang ilmu kesehatan yang memfokuskan diri pada studi mendalam tentang sebaran, frekuensi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit yang dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya. Dengan merinci pengaruh orang, tempat, dan waktu, epidemiologi penyakit menular membuka jendela wawasan terhadap karakteristik individu, kondisi lingkungan, dan faktor waktu yang memainkan peran kunci dalam penyebaran serta pencegahan penyakit.

epid penyakit menular
Epidemiologi penyakit menular - mata kuliah dasar epidemiologi

Konsep Epidemiologi Penyakit Menular

1. Epidemiologi Penyakit Menular

Sobat akukesmas, Penyakit menular muncul akibat berbagai faktor, baik dari agen,atau lingkungan. Fenomena ini dapat ditemui dalam konsep yang luas dikenal saat ini sebagai penyebab majemuk (multiple causation of disease), berbeda dengan penyebab tunggal (single causation). Dalam upaya para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan tentang asal-usul penyakit, mereka melakukan eksperimen terkendali guna menguji sejauh mana penyakit tersebut dapat dicegah, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.



Dalam bidang epidemiologi, terdapat tiga faktor yang dapat menjelaskan penyebaran (distribusi) penyakit atau masalah kesehatan, yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu (time). Informasi ini dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan dalam tingkat paparan dan kerentanan. Perbedaan ini dapat berfungsi sebagai petunjuk mengenai sumber, agen penyakit, transmisi, dan penyebaran suatu penyakit.
  1. Faktor Orang (Person)
    Faktor orang mencakup karakteristik individu yang memengaruhi paparan atau sensitivitas mereka terhadap penyakit. Orang dengan karakteristik yang mudah terpapar atau sensitif terhadap penyakit memiliki risiko lebih tinggi untuk jatuh sakit. Karakteristik individu melibatkan faktor genetik, usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan, dan status sosial ekonomi. Individu dengan faktor genetik penyakit memiliki risiko lebih tinggi terpapar dan sensitif terhadap penyakit tersebut. Perbedaan berdasarkan usia juga dapat memengaruhi tingkat paparan.
  2. Faktor Tempat (Place)
    Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis, termasuk batas alamiah seperti sungai, gunung, atau batas administrasi dan sejarah. Perbedaan distribusi geografis memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit, yang dapat menjadi acuan dalam mencari faktor-faktor lain yang mungkin belum teridentifikasi.
  3. Faktor Waktu (Time)
    Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun. Informasi ini dapat menjadi panduan mengenai pola kejadian penyakit dalam masyarakat.

2. Pengertian Penyakit Menular

Beberapa interpretasi mengenai penyakit dapat ditemukan dalam literatur kesehatan. Menurut Gold Medical Dictionary, penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk merespons rangsangan atau tekanan dengan benar, yang menyebabkan gangguan pada fungsi, struktur, bagian, organ, atau sistem tubuh. Sementara itu, menurut Arrest Hofte Amsterdam, penyakit tidak hanya terlihat sebagai kelainan dari luar, melainkan juga sebagai keadaan terganggu dari keteraturan fungsi tubuh secara keseluruhan. Dari dua definisi ini, dapat disimpulkan bahwa penyakit adalah suatu kondisi di mana terjadi gangguan baik dalam bentuk maupun fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal.

Terdapat beberapa ahli yang memberikan pemahamannya tentang pengertian penyakit menular, diantaranya :
  1. Natoadmodjo (2003):
    Menurut Natoadmodjo, penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). [Tahun: 2003]
  2. Undang-Undang Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009):
    Dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, penyakit menular dijelaskan sebagai penyakit yang dapat menular dari manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dan dapat menimbulkan wabah. [Tahun: 2009]
  3. World Health Organization (WHO):
    WHO mendefinisikan penyakit menular sebagai kondisi yang disebabkan oleh infeksi spesifik atau agen infeksius, termasuk bakteri, virus, parasit, atau jamur, dan dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain, dari hewan ke manusia, atau sebaliknya. [Tidak ada tahun spesifik]
  4. Kementerian Kesehatan Indonesia:
    Lembaga kesehatan nasional, seperti Kementerian Kesehatan Indonesia, mungkin memberikan definisi sesuai kebijakan nasional. [Bervariasi sesuai regulasi dan kebijakan, tanpa tahun spesifik]
  5. Louis Pasteur (1822-1895):
    Menurut kontribusi Louis Pasteur, penyakit menular disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit tertentu. [Tahun: Abad ke-19]
  6. Abraham Jacobi:
    Abraham Jacobi mengembangkan teori triad epidemiologi yang menekankan interaksi kompleks antara host, agen penyebab penyakit, dan lingkungan dalam penyebaran penyakit menular. [Tidak ada tahun spesifik]
  7. Ronald Ross (1857-1932):
    Ronald Ross memperkenalkan konsep reservoir penyakit menular, yaitu tempat atau organisme yang dapat menyimpan dan mempertahankan agen penyebab penyakit. [Tahun: Abad ke-19 hingga awal abad ke-20]
  8. John Snow (1813-1858):
    John Snow mengusulkan teori miasma yang menyatakan bahwa penyakit menular disebabkan oleh udara yang terkontaminasi oleh bau busuk dari materi organik yang membusuk. [Tahun: Abad ke-19]
  9. Robert Koch (1843-1910):
    Robert Koch merumuskan postulat Koch yang menetapkan kriteria untuk menentukan apakah suatu mikroorganisme menyebabkan penyakit tertentu. [Tahun: Abad ke-19 hingga awal abad ke-20]
  10. Arrest Hofte Amsterdam:
    Menurut Arrest Hofte Amsterdam, penyakit tidak hanya terlihat sebagai kelainan dari luar, melainkan juga sebagai keadaan terganggu dari keteraturan fungsi tubuh secara keseluruhan. [Tidak ada tahun spesifik]

3. Karakteristik Penyakit Menular

Karakteristik penyakit menular secara umum menunjukkan gejala klinik yang bervariasi sesuai dengan faktor penyebab yang ada. Manifestasi klinik tersebut membentuk karakteristik penyakit menular yang melibatkan beberapa aspek, seperti:
  1. Spektrum Penyakit Menular
    Dalam proses penyakit menular, ditemukan berbagai manifestasi klinik mulai dari gejala yang tidak terlihat hingga kondisi berat dengan komplikasi, bahkan dapat berujung pada cacat atau kematian. Akhir dari proses penyakit dapat berupa kesembuhan, cacat, atau kematian. Kesembuhan dapat bersifat lengkap, ringan, atau menyisakan gejala yang berat.
  2. Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis)
    Infeksi terselubung adalah kondisi penyakit yang tidak menampakkan gejala klinis yang jelas, sehingga sulit didiagnosis tanpa menggunakan metode tertentu seperti tes tuberkulin, kultur tenggorokan, atau pemeriksaan antibodi dalam tubuh. Selama perjalanan penyakit menular dalam masyarakat, faktor penting yang memainkan peran adalah agen penyebab, sumber penularan (reservoir dan sumber), dan cara penularan melalui mode transmisi.
  3. Sumber Penularan
    Sumber penularan adalah medium yang memungkinkan penyakit menular menyebar kepada individu lain. Sumber ini dapat melibatkan penderita, pembawa kuman, binatang sakit, tumbuhan/objek, dan metode penularan seperti kontak langsung, udara, makanan/minuman, vektor, serta kondisi penderita. Faktor penyebab penyakit sangat tergantung pada kondisi tubuh dan imunitas individu, yang mencakup keadaan umum, kekebalan, status gizi, keturunan, serta cara masuk dan keluar sumber.
Penyakit menular memiliki kemampuan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat, bisa berkembang menjadi wabah atau endemis di daerah tertentu. Perpindahan ini dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung melalui perantara seperti bakteri, serangga, atau kotoran. Sifat-sifat dalam penularan penyakit melibatkan waktu generasi, kekebalan kelompok, dan angka serangan, yang sangat penting untuk memahami proses penularan dan tingkat ancaman dalam suatu populasi.

Riwayat Alamiah Penyakit Menular

Istilah lain yang kerap digunakan meliputi: Natural History of Disease, Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness. Namun, istilah "natural history of disease" merupakan yang paling umum digunakan. Menurut Rothmann (2008), studi riwayat alamiah penyakit bertujuan untuk mengukur kondisi kesehatan (health outcome) yang mungkin dialami oleh seseorang yang sakit jika tidak mendapatkan pengobatan signifikan bagi kesehatannya. Van de Broeck (2013) juga menyatakan bahwa studi pemaparan riwayat alamiah penyakit adalah salah satu tujuan dari studi epidemiologi deskriptif. Selain istilah tersebut, seringkali digunakan juga Natural Course of Disease atau Natural History of Illness.

Manfaat dari memahami riwayat alamiah penyakit meliputi kepentingan diagnostik, yaitu untuk menentukan masa inkubasi penyakit dan mengetahui jenis penyakit yang terjadi. Selain itu, informasi ini bermanfaat untuk pencegahan, memahami perjalanan penyakit dari awal hingga terjangkitnya, sehingga solusi yang tepat dapat ditemukan untuk menghentikan penyebarannya. Selanjutnya, bagi kepentingan terapi, pemahaman setiap fase penyakit dapat membantu penyedia layanan kesehatan memberikan terapi yang tepat sesuai dengan perkembangan penyakit.

Riwayat alamiah penyakit mencerminkan proses perkembangan suatu penyakit tanpa intervensi yang sengaja dan terencana oleh manusia. Memahami tahapan alamiah penyakit memberikan wawasan yang penting untuk penanganan yang efektif dan pencegahan yang tepat guna, sehingga pengembangan terapi dan strategi pencegahan dapat dilakukan dengan lebih efisien.

Faktor Risiko Penyakit Menular

Risk Factor atau Faktor Resiko merujuk pada variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan risiko terhadap suatu penyakit tertentu. Faktor resiko, sering juga disebut faktor penentu, memiliki peran dalam menentukan sejauh mana kemungkinan seseorang yang sehat akan mengalami penyakit. Terkadang, faktor penentu juga terkait dengan peningkatan atau penurunan risiko terhadap suatu penyakit. Dalam ilmu Epidemiologi, faktor resiko pada penyakit menular disebut etiologi, sedangkan pada penyakit tidak menular disebut faktor resiko. Faktor resiko mencakup karakteristik, kebiasaan, tanda, atau gejala yang dapat terlihat pada seseorang atau populasi sebelum terkena suatu penyakit.

Namun, secara ilmiah, faktor resiko memiliki definisi khusus, yakni karakteristik, tanda, atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu, yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru di masa yang akan datang, terutama pada individu lain dalam suatu kelompok masyarakat. Meskipun setiap faktor resiko memiliki korelasi, perlu dicatat bahwa korelasi tidak dapat membuktikan adanya hubungan sebab-akibat yang mungkin muncul. Metode statistik sering digunakan untuk menilai kekuatan asosiasi dan memberikan bukti kausal.

Faktor risiko penyakit menular melibatkan berbagai elemen yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit menular. Beberapa faktor risiko utama yang terkait dengan penyebaran penyakit menular meliputi:
  1. Kontak Langsung dengan Penderita:
    Terpapar langsung dengan individu yang telah terinfeksi dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular, terutama jika kontak tersebut melibatkan cairan tubuh atau saluran pernapasan.
  2. Kurangnya Kebersihan dan Sanitasi:
    Lingkungan yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk dapat memfasilitasi penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit. Kebersihan yang rendah di tempat-tempat umum juga dapat meningkatkan risiko penularan.
  3. Imunisasi yang Tidak Lengkap:
    Ketidaklengkapan imunisasi atau vaksinasi dapat meningkatkan rentan seseorang terhadap penyakit menular tertentu. Imunisasi membantu melindungi individu dan mencegah penyebaran penyakit.
  4. Perilaku Seksual Berisiko Tinggi:
    Perilaku seksual berisiko tinggi, termasuk hubungan seksual tanpa pengaman, dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual seperti HIV, sifilis, atau gonore.
  5. Perjalanan Ke Daerah Endemis:
    Mengunjungi daerah dengan tingkat penyakit menular yang tinggi atau endemis dapat meningkatkan risiko terpapar dan terinfeksi oleh agen penyebab penyakit setempat.
  6. Kepadatan Penduduk:
    Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, terutama di daerah urban, dapat mempercepat penyebaran penyakit menular karena lebih banyak interaksi antarindividu.
  7. Kondisi Kesehatan yang Melemah:
    Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti yang terjadi pada penyakit kronis, penuaan, atau kondisi medis tertentu, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit menular.
  8. Kondisi Lingkungan yang Buruk:
    Faktor lingkungan seperti kelembapan, suhu, atau adanya tempat persembunyian bagi vektor penyakit dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular seperti malaria atau demam dengue.
  9. Pekerjaan dengan Risiko Tinggi:
    Beberapa pekerjaan atau profesi tertentu dapat menempatkan individu pada risiko tinggi terpapar penyakit menular, seperti tenaga kesehatan, petugas pemadam kebakaran, atau pekerja di industri tertentu.
  10. Kurangnya Edukasi Kesehatan:
    Kurangnya pengetahuan tentang cara penularan dan langkah-langkah pencegahan penyakit menular dapat meningkatkan risiko terpapar dan penyebaran penyakit dalam masyarakat.
Penting untuk diingat bahwa faktor risiko penyakit menular dapat berbeda-beda tergantung pada jenis penyakit dan konteks populasi tertentu. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular melibatkan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor ini untuk mengembangkan strategi yang efektif.

Agent Penyakit Menular

1. Agent Fisik:

Agen fisik dalam konteks penyakit menular adalah faktor-faktor fisik yang dapat menyebabkan penyakit atau memengaruhi penyebaran agen penyebab penyakit.
  • Sinar Ultraviolet (UV):
    Contoh agen fisik adalah sinar UV yang dapat merusak DNA mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Pemaparan berlebihan terhadap sinar UV dapat melemahkan atau membunuh agen penyebab penyakit.
  • Suhu Ekstrim:
    Suhu yang sangat rendah atau tinggi dapat menjadi agen fisik. Pada suhu ekstrim, mikroorganisme mungkin tidak dapat bertahan hidup atau berkembang biak dengan baik, mengurangi risiko penularan.

2. Agent Kimia:

Agen kimia dalam konteks penyakit menular adalah substansi kimia yang dapat menyebabkan atau mempengaruhi perkembangan penyakit atau agen penyebab penyakit.
  • Antiseptik:
    Agen kimia seperti antiseptik digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau permukaan tubuh. Contohnya, pemberian antiseptik sebelum pembedahan untuk mencegah infeksi.
  • Racun:
    Beberapa bahan kimia tertentu dapat berfungsi sebagai agen penyakit jika terpapar dalam jumlah yang mencukupi. Contohnya, paparan berlebihan terhadap pestisida atau zat kimia beracun.

3. Agent Biologis:

Agen biologis dalam konteks penyakit menular adalah mikroorganisme hidup atau produk biologis yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.
  • Bakteri:
    Bakteri seperti Streptococcus pneumoniae dapat menjadi agen biologis penyebab penyakit, seperti pneumonia atau infeksi saluran pernapasan.
  • Virus:
    Virus seperti Influenza A atau Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit menular seperti flu atau AIDS.
  • Protozoa:
    Parasit protozoa seperti Plasmodium falciparum adalah agen biologis penyebab malaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Pemahaman terhadap berbagai jenis agen penyakit menular, baik fisik, kimia, maupun biologis, sangat penting dalam pengembangan strategi pencegahan, pengendalian, dan pengobatan penyakit menular.

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular merupakan upaya yang krusial untuk mengendalikan penyebaran dan dampak negatif penyakit pada populasi. Berikut adalah beberapa strategi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular:

Pencegahan Penyakit Menular:

  • Vaksinasi:
    Memberikan vaksin kepada individu atau populasi untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
  • Higiene dan Kebersihan:
    Menerapkan praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengelola limbah dengan benar.
  • Edukasi Masyarakat:
    Memberikan informasi yang akurat dan edukasi kepada masyarakat tentang cara penularan penyakit, gejala, dan langkah-langkah pencegahan.
  • Karantina dan Isolasi:
    Menempatkan individu yang terinfeksi dalam karantina atau isolasi untuk mencegah penyebaran penyakit.
  • Pengendalian Vektor:
    Mengendalikan atau membasmi vektor penyakit, seperti nyamuk atau tikus, untuk mengurangi penyebaran penyakit menular.
  • Ketahanan Imun:
    Meningkatkan ketahanan imun individu melalui pola makan sehat, aktivitas fisik, dan gaya hidup yang mendukung sistem kekebalan tubuh.

Penanggulangan Penyakit Menular:

  • Terapi Antimikroba:
    Memberikan pengobatan antimikroba, seperti antibiotik atau antiviral, kepada individu yang terinfeksi untuk mengobati penyakit.
  • Surveillance Epidemiologi:
    Menerapkan sistem pemantauan penyakit (surveillance) yang efektif untuk mendeteksi kasus penyakit secara dini dan melacak penyebaran.
  • Penanganan Kasus dan Kontak:
    Mengidentifikasi, mengisolasi, dan memberikan perawatan pada individu yang terinfeksi, serta melacak dan memberikan perawatan atau vaksinasi kepada kontak dekatnya.
  • Kerjasama Internasional:
    Berpartisipasi dalam kerjasama internasional untuk memantau dan merespons penyebaran penyakit menular yang dapat melintasi batas negara.
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, tenaga kesehatan, pemerintah, dan lembaga internasional guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman dari risiko penularan penyakit.

Epidemiologi Beberapa Penyakit Menular Utama

Epidemiologi beberapa penyakit menular utama melibatkan studi tentang distribusi, frekuensi, dan faktor-faktor yang memengaruhi penyebaran penyakit dalam populasi. Berikut adalah beberapa penyakit menular utama dan aspek epidemiologinya:

Influenza:

Distribusi: Menyebar secara global dengan musiman.

Faktor Epidemiologis: Variasi musiman, perubahan genetik virus.

Tuberkulosis (TB):

Distribusi: Global, dengan tingkat kejadian tertinggi di negara-negara berkembang.

Faktor Epidemiologis: Kontak dekat dengan penderita TB, kekebalan tubuh rendah.

HIV/AIDS:

Distribusi: Global, dengan tingkat prevalensi yang bervariasi.

Faktor Epidemiologis: Hubungan seksual tanpa pengaman, berbagi jarum suntik, transmisi dari ibu ke anak.

Malaria:

Distribusi: Utama di daerah tropis dan subtropis.

Faktor Epidemiologis: Gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi parasit Plasmodium.

Diare Infeksi:

Distribusi: Umum terjadi di seluruh dunia, lebih tinggi di daerah dengan sanitasi rendah.

Faktor Epidemiologis: Air dan makanan terkontaminasi, kurangnya sanitasi.

Demam Berdarah Dengue:

Distribusi: Endemik di daerah tropis dan subtropis.

Faktor Epidemiologis: Gigitan nyamuk Aedes aegypti, penumpukan air yang tidak terkendali.

Pneumonia Bakterial:

Distribusi: Global, dengan tingkat kejadian tinggi pada kelompok rentan.

Faktor Epidemiologis: Infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae.

Covid-19:

Distribusi: Pandemi global.

Faktor Epidemiologis: Penularan antarmanusia, gejala pernapasan.

Kolera:

Distribusi: Terutama di daerah dengan sanitasi buruk.

Faktor Epidemiologis: Konsumsi air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri Vibrio cholerae.

Infeksi Hepatitis B dan C:

Distribusi: Global, lebih tinggi di daerah dengan sanitasi rendah.

Faktor Epidemiologis: Kontak darah yang terkontaminasi, perilaku seksual berisiko.

Epidemiologi penyakit menular utama membantu dalam merencanakan strategi pencegahan, mengidentifikasi kelompok yang rentan, dan mengelola wabah untuk mengurangi dampak negatifnya pada kesehatan masyarakat.

Referensi :

  1. Natoadmodjo 2003, Epidemiologi Penyakit Menular, (Tahun: 2003).
  2. Undang-Undang Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009), (Tahun: 2009).



LihatTutupKomentar